Wednesday, April 15, 2009

Sehatkah Air Minum Kita?

Penulis: Oleh : Dr Ig L Setyawan Purnama,MSi , Detaser UBB dan Dosen Fakultas Geografi UGM
edisi: 03/Dec/2008 wib (BangkaPos)

Untuk mengetahui dan meyakini apakah air minum kita mengandung unsur-unsur dan bakteri-bakteri tersebut, kita dapat mengambil sampel airnya dan memeriksakannya di Laboratorium Kesehatan Lingkungan. Bandingkan hasilnya dengan baku mutu air untuk air minum. Bila tidak ada satupun unsur yang kadarnya melampaui standar yang dipersyaratkan, berarti sehat dan layak untuk digunakan sebagai sumber air minum

SAAT pertama kali datang di Pangkalpinang dan kemudian ke Sungailiat, kesan pertama saya adalah bahwa kedua kota tersebut cukup bersih dan tertata. Tidak mengherankan kalau mendapatkan Adipura. Jalan cukup lebar dan mulus.

Masih belum begitu ada kesemrawutan dan kemacetan lalu lintas (meskipun banyak pengendara sepeda motor yang melaju kencang dan sepertinya tidak mau mengurangi kecepatan, walau ada penyeberang jalan). Dan satu hal lagi, berbeda dengan Jogja, belum ada pengemis dan pengamen di lampu merah atau perempatan jalan.

Meskipun demikian, ada satu hal yang serupa dengan Jogja, yaitu adanya beberapa kedai minuman. Di ujung Jalan Balai saja, terdapat sekitar tiga kedai minuman. Bedanya kalau di Jogja yang disajikan adalah TEH NASGITEL atau teh yang berasa paNAS, leGI (manis) dan kenTEL (kental), maka di sini adalah kopi tubruk yang menurut pendapat saya rasanya cukup ‘mak nyus’ di lidah, yang terasa berbeda dibandingkan dengan kalau saya membuat kopi sendiri di rumah. Perbedaan lainnya adalah pada konsumennya. Bila konsumen TEH NASGITEL umumnya mengendarai sepeda onthel dan sepeda motor (termasuk penulis), maka konsumen warung kopi disini sebagian juga mengendarai mobil.

Sambil menyeruput kopi tubruk, banyak topik pembicaraan yang dibahas, dari masalah harga kelapa sawit dan timah yang turun hingga masalah politik. Salah satu pembicaraan yang menarik bagi saya adalah masalah air minum di Pulau Bangka. Dalam salah satu pembicaraan tersebut, disebutkan bahwa pernah kejadian seorang isteri pejabat dari Jakarta yang saat datang di Bangka tidak mau minum (dan mandi?) menggunakan air tanah dari Bangka, karena takut banyak mengandung timah. Apakah pendapat ibu tersebut benar?

Air minum yang sehat dan ideal adalah air minum yang jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Air minum seharusnya juga tidak mengandung bakteri patogen dan tidak mengandung unsur yang dapat membahayakan kesehatan. Air yang keruh disebabkan oleh zat padat yang tersusupensi baik anorganik ataupun organik. Zat organik mendukung perkembangbiakan bakteri. Warna air seringkali mengindikasikan adanya berbagai zat kimia ataupun organisme yang berwarna. Sebagai contoh air dengan kadar besi tinggi akan berwarna kuning kecoklatan. Rasa air mengindikasikan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan. Demikian bau air juga dapat memberi petunjuk kualitas airnya. Misalnya saja bau amis dapat disebabkan oleh tumbuhnya ganggang. Kadar besi yang tinggi juga akan memberikan bau yang khas pada air.

Air dengan kandungan besi lebih dari 0,31 mg/l sudah tidak layak digunakan untuk keperluan rumah tangga, karena dapat menimbulkan berkas karat pada pakaian dan porselin serta menimbulkan rasa yang tidak enak pada air minum. Efek mangan hampir sama dengan besi, meskipun dengan konsentrasi yang lebih rendah (0,05 mg/l). Minum air dengan kadar besi dan mangan tinggi secara terus-menerus akan mengganggu kesehatan ginjal, karena besi dan mangan akan terakumulasi di organ penyaring ini.

Nitrat dan nitrit juga dapat merupakan salah satu unsur yang berbahaya. Bila air mengandung nitrat lebih dari 100 mg/l, dapat menyebabkan rasa getir di lidah serta perasaan tegang. Air yang mempunyai kadar nitrit lebih dari 1 mg/l saja sudah sangat berbahaya bagi bayi karena dapat menyebabkan methemoglobinemia (penyakit bayi biru). Tubuh bayi akan membiru akibat sirkulasi darah terganggu karena terjadinya reaksi antara nitrit dengan hemoglobin.

Air minum seharusnya juga netral (pH = 7), tidak asam atau basa. Air adalah pelarut yang baik, dengan pH yang tidak netral akan lebih mudah dapat melarutkan berbagai elemen yang berbahaya, seperti misalnya logam berat. Selain itu air yang pH-nya terlalu rendah akan terasa asam, sedangkan bila pH-nya terlalu tinggi akan terasa pahit.

Logam berat merupakan jenis logam yang paling berbahaya dari zat-zat pencemar air. Unsur-unsur ini, yang umumnya logam-logam yang terdapat pada bagian pojok bawah kanan dari Daftar Berkala, terdapat diantaranya logam-logam berbahaya seperti timbal (Pb), kadmium (Cd) dan merkuri (Hg). Kebanyakan dari logam-logam ini mempunyai afinitas sangat besar terhadap belerang (S). Logam-logam ini menyerang ikatan-ikatan belerang dalam enzim-enzim, sehingga enzim yang bersangkutan menjadi immobile.

Gugus-gugus protein karboksilat (-CO2H) dan amino (-NH2) juga diserang oleh logam-logam berat. Ion-ion kadmium, tembaga dan merkuri terikat pada sel-sel membran yang menghambat proses-proses transport melalui dinding sel. Logam-logam berat juga dapat mengendapkan senyawa-senyawa bio-fosfat atau mengkatalisis penguraiannya. Beberapa metaloid, yaitu unsur-unsur yang berada pada garis batas antara logam dan bukan logam, juga merupakan zat-zat pencemar air yang berbahaya. Arsen, selenium dan antimon merupakan contoh-contoh penting yang menarik.

Air juga dapat merupakan medium pembawa mikroorganisme patogenetik yang berbahaya bagi kesehatan (waterborne diseases). Patogen yang sering ditemukan di dalam air terutama adalah bakteri-bakteri penyebab infeksi saluran pencernaan seperti Vibrio cholerae yang menyebabkan penyakit kolera, Shigella dysenteriae yang menyebabkan disentri basiler, Salmonella typhosa yang menyebabkan tifus dan Salmonella paratyphy yang menyebabkan paratifus, virus polio dan hepatitis serta Entamoeba histolytica yang menyebabkan penyakit disentri amuba.

Adakah Unsur Timah dalam Air?
Untuk mengetahui dan meyakini apakah air minum kita mengandung unsur-unsur dan bakteri-bakteri tersebut, kita dapat mengambil sampel airnya dan memeriksakannya di Laboratorium Kesehatan Lingkungan. Bandingkan hasilnya dengan baku mutu air untuk air minum. Bila tidak ada satupun unsur yang kadarnya melampaui standar yang dipersyaratkan, berarti sehat dan layak untuk digunakan sebagai sumber air minum. Meskipun demikian, sebenarnya secara sederhana air yang jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau sudah dapat dianggap cukup layak untuk digunakan sebagai sumber air minum.

Lalu bagaimana dengan kandungan timah di air? Timah (Sn) adalah unsur kimia yang dalam Daftar Berkala ditempatkan pada Golongan IVA dengan Nomor Atom 50. Unsur ini mempunyai titik leleh 231,9 oC dan titik didih 2.270 oC . Namun demikian, saya merasa kesulitan dalam mencari literatur yang membahas mengenai konsentrasi timah di air, khususnya pada air tanah. Kemungkinan ada 2 hal yang menjadi penyebabnya. Pertama, tidak semua tempat di Indonesia dan dunia mengandung timah. Kedua, unsur timah dalam batuan sukar terlarut dalam air, sehingga pada umumnya timah sangat jarang ditemukan dalam air tanah.

Berikutnya saya mencoba mengumpulkan beberapa baku mutu air di Indonesia, antara lain Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup RI Nomor 2 Tahun 1988 (SK. Meneg. KLH No. 2 Tahun 1988), Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416 Tahun 1990 Tentang Daftar Persyaratan Kualitas Air Minum yang diperbaharui dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.90/Men.Kes/SK./VII/2002 Tentang Persyaratan Sumber Air Untuk Air Minum serta Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 (PP. 20 Tahun 1990) yang diperbaharui dengan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

Hasilnya, semuanya tidak mencantumkan unsur timah dalam persyaratan air yang akan digunakan sebagai sumber air minum. Jadi? Ketika kami bertiga dijamu kopi oleh teman sejawat kami dari UBB, langsung saja..glek..glek..glek. (*)

Wednesday, April 1, 2009

Mengintip Metode Menghapal AlQuran

Pendahuluan

Ada 3 prinsip (Three P) yang harus difungsikan oleh ikhwan/akhwat kapan dan dimana saja berada sebagai sarana pendukung keberhasilan dalam menghafal al qur’an. 3P (Three P) tersebut adalah:

1. Persiapan (Isti’dad)

Kewajiban utama penghafal al-qur’an adalah ia harus menghafalkan setiap harinya minimal satu halaman dengan tepat dan benar dengan memilih waktu yang tepat untuk menghafal seperti:

a. Sebelum tidur malam lakukan persiapan terlebih dahulu dengan membaca dan menghafal satu halaman secara grambyangan (jangan langsung dihafal secara mendalam).

b. Setelah bangun tidur hafalkan satu halaman tersebut dengan hafalan yang mendalam dengan tenang lagi konsentrasi

c. Ulangi terus hafalan tersebut (satu halaman) sampai benar-benar hafal diluar kepala


2. Pengesahan (Tashih/setor)

Setelah dilakukan persiapan secara matang dengan selalu mengingat-ingat satu halaman tersebut, berikutnya tashihkan (setorkan) hafalan antum kepada ustad/ustadzah. Setiap kesalahan yang telah ditunjukkan oleh ustad, hendaknya penghafal melakukan hal-hal berikut:

a. Memberi tanda kesalahan dengan mencatatnya (dibawah atau diatas huruf yang lupa)

b. Mengulang kesalahan sampai dianggap benar uoleh ustad.

c. Bersabar untuk tidak menambah materi dan hafalan baru kecuali materi dan hafalan lama benar-benar sudah dikuasai dan disahkan


3. Pengulangan (Muroja’ah/Penjagaan)

Setelah setor jangan meninggalkan tempat (majlis) untuk pulang sebelum hafalan yang telah disetorkan diulang beberapa kali terlebih dahulu (sesuai dengan anjuran ustad/ustadzah) sampai ustad benar-benar mengijinkannya


II. Syarat Utama Untuk Memudahkan Hafalan


1. Beriman dan bertaqwa kepada Allah.

2. Berniat mendekatkan diri kepada Allah dengan menjadi hamba-hamba pilihanNya yang menjaga al-qur’an.

3. Istiqomah sampai ajal musamma.

4. Menguasai bacaan al-qur’an dengan benar (tajwid dan makharij al huruf).

5. Adanya seorang pembimbing dari ustad/ustadzah (al-hafidz/al-hafidzah).

6. Minimal sudah pernah khatam al-qur’an 20 kali (dengan membaca setiap ayat 5 kali).

7. Gunakan satu jenis mushaf al-qur’an (al-qur’an pojok).

8. Menggunakan pensil/bolpen/stabilo sebagai pembantu.

9. Memahami ayat yang akan dihafal


III. Macam-macam Metode Menghafal


A. Sistem Fardhi

Ikuti langkah ini dengan tartib (urut):

1. Tenang dan tersenyumlah, jangan tegang.

2. Bacalah ayat yang akan dihafal hingga terbayang dengan jelas kedalam pikiran dan hati.

3. Hafalkan ayat tersebut dengan menghafalkan bentuk tulisan huruf-huruf dan tempat-tempatnya.

4. Setelah itu pejamkan kedua mata dan.

5. Bacalah dengan suara pelan lagi konsentrasi (posisi mata tetap terpejam dan santai).

6. Kemudian baca ayat tersebut dengan suara keras (posisimata tetap terpejam dan jangan tergesa-gesa).

7. Ulangi sampai 3x atau sampai benar-benar hafal.

8. Beri tanda pada kalimat yang dianggap sulit dan bermasalah (garis bawah/distabilo).

9. Jangan pindah kepada hafalan baru sebelum hafalan lama sudah menjadi kuat.


Penggabungan ayat-ayat yang sudah dihafal

Setelah anda hafal ayat pertama dan kedua jangan pindah kepada ayat ketiga akan tetapi harus digabungkan terlebih dahulu antara keduanya dengan mengikuti langkah-langkah berikut ini:

1. Bacalah ayat pertama dan kedua sekaligus dengan suara pelan lagi konsentrasi.

2. Kemudian bacalah keduanya dengan suara keras lagi konsentrasi dan tenang.

3. Ulangi kedua ayat tersebut minimal 3x sehingga hafalan benar-benar kuat.

Begitulah seterusnya, pada tiap-iap dua tambahan ayat baru harus digabungkan dengan ayat sebelumnya sehingga terjadi kesinambungan hafalan.

4. Mengulang dari ayat belakang ke depan. Dan dari depan ke belakang.

5. Semuanya dibaca dengan suara hati terlebih dahulu kemudian dengan suara keras (mata dalam keadaan tertutup).

6. Begitu seterusnya. Setiap mendapatkan hafalan baru, harus digabungkan dengan ayat/halaman/juz sebelumya.


B. Sistem Jama’i.

Sistem ini menggunakan metode baca bersama, yaitu dua/tiga orang (partnernya) membaca hafalan bersama-sama secara jahri (keras) dengan:

a. Bersama-sama baca keras.

b. Bergantian membaca ayat-an dengan jahri. Keika partnernya membaca jahr dia harus membaca khafi (pelan) begitulah seterusnya dengan gantian.
Sistem ini dalam satu majlis diikuti oleh maksimal 12 peserta, dan minimal 2 peserta. Settingannya sebagai berikut:

a. Persiapan:

1. Peserta mengambil tempat duduk mengitari ustad/ustadzah.

2. Ustad/ustadzah menetapkan partner bagi masing-masing peserta.

3. Masing-masing pasangan menghafalkan bersama partnernya sayat baru dan lama sesuai dengan instruksi ustad/ustadzah.

4. Setiap pasangan maju bergiliran menghadap ustad/ustadzah untuk setor halaman baru dan muroja’ah hafalan lama.

b. Setoran ke ustad/ ustadzah:

1. Muroja’ah: 5 halaman dibaca dengan sistem syst-an (sistem gantian). Muroja’ah dimulai dari halaman belakang (halaman baru) kearah halaman lama.

2. Setor hafalan baru:

a. Membaca seluruh ayat-ayat yang baru dihafal secara bersama-sama.

b. Bergiliran baca (ayatan) dengan dua putaran. Putaran pertama dimulai dari yang duduk disebelah kanan dan putaran kedua dimulai dari sebelah kiri.

c. Membaca bersama-sama lagi, hafalan baru yang telah dibaca secara bergantian tadi.

3. Muroja’ah tes juz 1, dengan sistem acakan (2-3x soal). Dibaca bergiliran oleh masing-masing pasangan. Ketika peserta sendirian tidak punya partner, atau partnernya sedang berhalangan
hadir, maka ustad wajib menggabungkannya dengan kelompok lain yang kebetulan juz,
halaman dan urutannya sama, jika hafalannya tidak sama dengan kelompok lain maka ustad hendaknya menunjuk salah seorang peserta yang berkemampuan untuk suka rela menemani.

c. Muroja’ah ditempat:

1. Kembali ketempat semula.

2. Mengulang bersama-sama seluruh bacaan yang disetorkan baik muroja’ah maupun hafalan baru, dengan sistem yang sama dengan setoran.

3. Menambah hafalan baru bersama-sama untuk disetorkan pada pertemuan berikutnya.

4. Jangan tinggalkan majlis sebelum mendapat izin ustad/ustadzah.


IV. Keistimewaan sistem jama’i

1. Cepat menguasai bacaan al-qur’an dengan benar.

2. Menghilangkan perasaan grogi dan tidak PD ketika baca al-qur’an didepan orang lain.

3. Melatih diri agar tidak gampang tergesa-gesa dalam membaca.

4. Mengurangi beban berat menghafal al-qur’an.

5. Melatih untuk menjadi guru dan murid yang baik.

6. Menguatkan hafalan lama dan baru.

7. Semangat muroja’ah dan menambah hafalan baru.

8. Meringankan beban ustad.

9. Kesibukannya selalu termotivasi dengan al-qur’an.

10. Mampu berda’wah dengan hikmah wa al-mau’idhah al-hasanah.

11. Siap untuk dites dengan sistem acakan.

12. Siap menjadi hamba-hamba Allah yang berlomba menuju kebaikan.


V. Jaminan

1. Hafalan al-qur’an lanyah dan lancar dalam masa tempo yang sesingkat-singkatnya. (perlu bukti, admin imm).

2. Sukses dan bahagia di dunia dan akhirat.

3. Pilihan Allah dan memperoleh surga ‘adn diakhirat nanti (surah fatir:23-24)


VI. Metode Muroja’ah (Pengulangan dan penjagaan fardhi atau jama’i)

Ayat-ayat al-qur’an hanya akan tetap bersemayam didalam hati utu al-‘ilm jika ayat-ayat yang dihafal selalu diingat, diulang dan dimuroja’ah.

Berikut ini cara muroja’ah:

1. Setelah hafal setengah juz/satu juz, harus mampu membaca sendiri didepan ustad/ustadzah dan penampilan.

2. Setiap hari membaca dengan suara pelan 2 juz. Membaca dengan suara keras (tartil) minimal 2 juz setiap hari.

3. Simakkan minimal setengah juz setiap hari kepada teman/murid/jama’ah/istri/
suami dst.

4. Ketika lupa dalam muroja’ah maka lakukan berikut ini:

• Jangan langsung melihat mushaf, tapi usahakan mengingat-ingat terlebih dahulu.

• Ketika tidak lagi mampu mengingat-ingat, maka silahkan melihat mushaf
dan,

• Catat penyebab kesalahan. Jika kesalahan terletak karena lupa maka berilah tanda garis bawah. Jika kesalahan terletak karena faktor ayat mutasyabihat (serupa dengan ayat lain) maka tulislah nama surat/no./juz ayat yang serupa itu di halaman pinggir (hasyiyah).

sumber : http://hafez.wordpress.com/

Metode menghafal Al Quran

Berikut ini adalah salah satu dari metode bagi anda yang mau menghafal ayat-ayat dalam al Qur’an. Tapi yang perlu diperhatikan sebelumnya bahwa,

Obat terbesar dalam menghafal dan memahami adalah taqwa kepada Allah SWT. “Bertaqwalah kepada Allah, niscaya Dia mengajarimu”

Imam Syafi;i berkata, “Aku mengadukan perihal keburukan hafalanku kepada guruku, yang bernama Imam Waki’, lalu guruku berwasiat agar aku menjauhi maksiat dan dosa. Guruku kemudian berkata: ‘Muridku, ketahuilah bahwa ilmu adalah cahaya. Dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada orang-orang yang maksiat’”.

Adapun langkah-langkah menghafal al Qur’an, sebagai berikut:

1. Hendaklah permulaan hafalan al Qur’an dimulai dari surat An Naas lalu al Falaq, yakni kebalikan dari urutan surat-surat al Qur’an. Cara ini akan memudahkan tahapan dalam perjalanan menghafal Al Qur’an serta memudahkan latihan dalam membacanya di dalam shalat baik.

2. Membagi hafalan menjadi dua bagian. Pertama, hafalan baru. Kedua, membaca al Qur’an ketika shalat.

3. Mengkhususkan waktu siang, yaitu dari fajar hingga maghrib untuk hafalan baru.

4. Mengkhususkan waktu malam, yaitu dari adzan Maghrib hingga adzan Fajar untuk
membaca al Qur’an di dalam shalat.

5. Membagi hafalan baru menjadi dua bagian: Pertama hafalan. Kedua, pengulangan. Adapun hafalan, hendaknya ditentukan waktunya setelah shalat fajar dan setelah Ashar. Sedangkan pengulangan dilakukan setelah shalat sunnah atau wajib sepanjang siang hari.

6. Meminimalkan kadar hafalan baru dan lebih memfokuskan pada pengulangan ayat-ayat yang telah dihafal.

7. Hendaklah membagi ayat-ayat yang telah dihafal menjadi tujuh bagian sesuai jumlah hari dalam sepekan, sehingga membaca setiap bagian dalam shalat setiap malam.

8. Setiap kali bertambah kadar hafalan, maka hendaklah diulangi kadar pembagian pengelompokan pekanannya agar sesuai dengan kadar tambahan.

9. Hendaklah hafalannya persurat. Jika surat tersebut panjang, bisa dibagi menjadi beberapa ayat berdasarkan temannya. Tema-tema yang panjang juga bisa dibagi menjadi dua bagian atau lebih. atau dapat juga dikumpulkan surat-surat atau tema-tema yang pendek menjadi satu penggalan. Yang penting pembagian tersebut tidak asal-asalan, bukan berdasarkan berapa halaman atau berapa barisnya.

10. Tidak dibenarkan dan tidak diperbolehkan sama sekali melewati surat apapun sampai ia menghafalnya secara keseluruhan, seberapa pun panjangnya. Dan setelah menghafalnya secara keseluruhan, maka hendaklah diulang-ulang beberapa kali dalam tempo lebih dari satu hari.

11. Apabila di tengah shalat malam mengalami kelemahan dalam hafalan sebagian surat, maka hendaklah dilakukan pengulangan kembali disiang hari di hari berikutnya. Dalam kondisi seperti ini, tidak dibenarkan memulai hafalan baru. Kebanyakan hal seperti ini terjadi di awal-awal hari setelah menyelesaikan hafalan baru.

12. Sangat dianjurkan sekali untuk memperdengarkan surat-surat yang akan digunakan dalam shalat malam kepada orang lain.

13. Sangat baik mendidik anggota keluarga dengan metode ini. Caranya dengan membuat jadwal pekanan bagi setiap anggota keluarga dan memperdengarkan hafalan kepada mereka di siang hari, mengingatkan kepada mereka, memotivasi mereka untuk membacanya ketika shalat malam, serta membekali mereka supaya bisa berlatih sehingga tumbuh berkembang diatas al Qur’an. Dan al Qur’an bisa menjadi teman bagi mereka yang tidak bisa lepas darinya dan tidak kuasa untuk berpisah dengannya. Serta bisa menjadi lentera yang menerangi jalan kehidupan mereka.

14. Hendaklah memperhatikan cara membacanya. Bacaan harus tartil (perlahan) dan dengan suara yang terdengar oleh telinga. Bacaan yang tergesa-gesa walaupun dengan alasan ingin menguatkan hafalan baru adalah bentuk pelalaian terhadap tujuan membaca al Qur’an (untuk memperoleh ilmu, untuk diamalkan, untuk bermunajat kepada Allah, untuk memperoleh pahala, untuk berobat dengannya).

15. Tujuan dari menghafal al Qur’an bukanlah untuk menghafal lafadz-lafadznya dalam jumlah yang banyak. tetapi tujuannya adalah mengulang-ulang surat yang telah dihafal dalam shalat dengan niatan, mentadabburi al Qur’an. tetapi apabila mampu menghafal banyak surat sesuai apa yang telah disebutkan diatas, itu lebih utama dari pada sedikit menghafal. Yang terpenting adalah menerapkan kaidah diatas. Apabila menurutmu waktu sangat sempit maka ambillah kadar yang sedikit namun terus diulang-ulang.

Sumber: http://dkmfahutan.wordpress.com