Penulis: Oleh : Dr Ig L Setyawan Purnama,MSi , Detaser UBB dan Dosen Fakultas Geografi UGM
edisi: 03/Dec/2008 wib (BangkaPos)
Untuk mengetahui dan meyakini apakah air minum kita mengandung unsur-unsur dan bakteri-bakteri tersebut, kita dapat mengambil sampel airnya dan memeriksakannya di Laboratorium Kesehatan Lingkungan. Bandingkan hasilnya dengan baku mutu air untuk air minum. Bila tidak ada satupun unsur yang kadarnya melampaui standar yang dipersyaratkan, berarti sehat dan layak untuk digunakan sebagai sumber air minum
SAAT pertama kali datang di Pangkalpinang dan kemudian ke Sungailiat, kesan pertama saya adalah bahwa kedua kota tersebut cukup bersih dan tertata. Tidak mengherankan kalau mendapatkan Adipura. Jalan cukup lebar dan mulus.
Masih belum begitu ada kesemrawutan dan kemacetan lalu lintas (meskipun banyak pengendara sepeda motor yang melaju kencang dan sepertinya tidak mau mengurangi kecepatan, walau ada penyeberang jalan). Dan satu hal lagi, berbeda dengan Jogja, belum ada pengemis dan pengamen di lampu merah atau perempatan jalan.
Meskipun demikian, ada satu hal yang serupa dengan Jogja, yaitu adanya beberapa kedai minuman. Di ujung Jalan Balai saja, terdapat sekitar tiga kedai minuman. Bedanya kalau di Jogja yang disajikan adalah TEH NASGITEL atau teh yang berasa paNAS, leGI (manis) dan kenTEL (kental), maka di sini adalah kopi tubruk yang menurut pendapat saya rasanya cukup ‘mak nyus’ di lidah, yang terasa berbeda dibandingkan dengan kalau saya membuat kopi sendiri di rumah. Perbedaan lainnya adalah pada konsumennya. Bila konsumen TEH NASGITEL umumnya mengendarai sepeda onthel dan sepeda motor (termasuk penulis), maka konsumen warung kopi disini sebagian juga mengendarai mobil.
Sambil menyeruput kopi tubruk, banyak topik pembicaraan yang dibahas, dari masalah harga kelapa sawit dan timah yang turun hingga masalah politik. Salah satu pembicaraan yang menarik bagi saya adalah masalah air minum di Pulau Bangka. Dalam salah satu pembicaraan tersebut, disebutkan bahwa pernah kejadian seorang isteri pejabat dari Jakarta yang saat datang di Bangka tidak mau minum (dan mandi?) menggunakan air tanah dari Bangka, karena takut banyak mengandung timah. Apakah pendapat ibu tersebut benar?
Air minum yang sehat dan ideal adalah air minum yang jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Air minum seharusnya juga tidak mengandung bakteri patogen dan tidak mengandung unsur yang dapat membahayakan kesehatan. Air yang keruh disebabkan oleh zat padat yang tersusupensi baik anorganik ataupun organik. Zat organik mendukung perkembangbiakan bakteri. Warna air seringkali mengindikasikan adanya berbagai zat kimia ataupun organisme yang berwarna. Sebagai contoh air dengan kadar besi tinggi akan berwarna kuning kecoklatan. Rasa air mengindikasikan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan. Demikian bau air juga dapat memberi petunjuk kualitas airnya. Misalnya saja bau amis dapat disebabkan oleh tumbuhnya ganggang. Kadar besi yang tinggi juga akan memberikan bau yang khas pada air.
Air dengan kandungan besi lebih dari 0,31 mg/l sudah tidak layak digunakan untuk keperluan rumah tangga, karena dapat menimbulkan berkas karat pada pakaian dan porselin serta menimbulkan rasa yang tidak enak pada air minum. Efek mangan hampir sama dengan besi, meskipun dengan konsentrasi yang lebih rendah (0,05 mg/l). Minum air dengan kadar besi dan mangan tinggi secara terus-menerus akan mengganggu kesehatan ginjal, karena besi dan mangan akan terakumulasi di organ penyaring ini.
Nitrat dan nitrit juga dapat merupakan salah satu unsur yang berbahaya. Bila air mengandung nitrat lebih dari 100 mg/l, dapat menyebabkan rasa getir di lidah serta perasaan tegang. Air yang mempunyai kadar nitrit lebih dari 1 mg/l saja sudah sangat berbahaya bagi bayi karena dapat menyebabkan methemoglobinemia (penyakit bayi biru). Tubuh bayi akan membiru akibat sirkulasi darah terganggu karena terjadinya reaksi antara nitrit dengan hemoglobin.
Air minum seharusnya juga netral (pH = 7), tidak asam atau basa. Air adalah pelarut yang baik, dengan pH yang tidak netral akan lebih mudah dapat melarutkan berbagai elemen yang berbahaya, seperti misalnya logam berat. Selain itu air yang pH-nya terlalu rendah akan terasa asam, sedangkan bila pH-nya terlalu tinggi akan terasa pahit.
Logam berat merupakan jenis logam yang paling berbahaya dari zat-zat pencemar air. Unsur-unsur ini, yang umumnya logam-logam yang terdapat pada bagian pojok bawah kanan dari Daftar Berkala, terdapat diantaranya logam-logam berbahaya seperti timbal (Pb), kadmium (Cd) dan merkuri (Hg). Kebanyakan dari logam-logam ini mempunyai afinitas sangat besar terhadap belerang (S). Logam-logam ini menyerang ikatan-ikatan belerang dalam enzim-enzim, sehingga enzim yang bersangkutan menjadi immobile.
Gugus-gugus protein karboksilat (-CO2H) dan amino (-NH2) juga diserang oleh logam-logam berat. Ion-ion kadmium, tembaga dan merkuri terikat pada sel-sel membran yang menghambat proses-proses transport melalui dinding sel. Logam-logam berat juga dapat mengendapkan senyawa-senyawa bio-fosfat atau mengkatalisis penguraiannya. Beberapa metaloid, yaitu unsur-unsur yang berada pada garis batas antara logam dan bukan logam, juga merupakan zat-zat pencemar air yang berbahaya. Arsen, selenium dan antimon merupakan contoh-contoh penting yang menarik.
Air juga dapat merupakan medium pembawa mikroorganisme patogenetik yang berbahaya bagi kesehatan (waterborne diseases). Patogen yang sering ditemukan di dalam air terutama adalah bakteri-bakteri penyebab infeksi saluran pencernaan seperti Vibrio cholerae yang menyebabkan penyakit kolera, Shigella dysenteriae yang menyebabkan disentri basiler, Salmonella typhosa yang menyebabkan tifus dan Salmonella paratyphy yang menyebabkan paratifus, virus polio dan hepatitis serta Entamoeba histolytica yang menyebabkan penyakit disentri amuba.
Adakah Unsur Timah dalam Air?
Untuk mengetahui dan meyakini apakah air minum kita mengandung unsur-unsur dan bakteri-bakteri tersebut, kita dapat mengambil sampel airnya dan memeriksakannya di Laboratorium Kesehatan Lingkungan. Bandingkan hasilnya dengan baku mutu air untuk air minum. Bila tidak ada satupun unsur yang kadarnya melampaui standar yang dipersyaratkan, berarti sehat dan layak untuk digunakan sebagai sumber air minum. Meskipun demikian, sebenarnya secara sederhana air yang jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau sudah dapat dianggap cukup layak untuk digunakan sebagai sumber air minum.
Lalu bagaimana dengan kandungan timah di air? Timah (Sn) adalah unsur kimia yang dalam Daftar Berkala ditempatkan pada Golongan IVA dengan Nomor Atom 50. Unsur ini mempunyai titik leleh 231,9 oC dan titik didih 2.270 oC . Namun demikian, saya merasa kesulitan dalam mencari literatur yang membahas mengenai konsentrasi timah di air, khususnya pada air tanah. Kemungkinan ada 2 hal yang menjadi penyebabnya. Pertama, tidak semua tempat di Indonesia dan dunia mengandung timah. Kedua, unsur timah dalam batuan sukar terlarut dalam air, sehingga pada umumnya timah sangat jarang ditemukan dalam air tanah.
Berikutnya saya mencoba mengumpulkan beberapa baku mutu air di Indonesia, antara lain Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup RI Nomor 2 Tahun 1988 (SK. Meneg. KLH No. 2 Tahun 1988), Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416 Tahun 1990 Tentang Daftar Persyaratan Kualitas Air Minum yang diperbaharui dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.90/Men.Kes/SK./VII/2002 Tentang Persyaratan Sumber Air Untuk Air Minum serta Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 (PP. 20 Tahun 1990) yang diperbaharui dengan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Hasilnya, semuanya tidak mencantumkan unsur timah dalam persyaratan air yang akan digunakan sebagai sumber air minum. Jadi? Ketika kami bertiga dijamu kopi oleh teman sejawat kami dari UBB, langsung saja..glek..glek..glek. (*)
Wednesday, April 15, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment