Wednesday, February 25, 2009

Boorwater untuk cuci mata? Awas, bahaya!!

Meski belum ada penelitian resmi, penggunaan boorwater diduga dapat menyebabkan mata kering. Bahkan bisa mengakibatkan gangguan fungsi hati pada penggunaan jangka panjang. Benarkah?

Siapa yang tak kenal boorwater? Selama ini air yang diklaim suci hama tersebut lazim digunakan sebagai obat pencuci mata. Kala mata merah, perih, atau bengkak, boorwater-lah obatnya. Selain itu boorwater dapat dipakai untuk mencuci kulit yang terluka. Tak heran kalau di banyak keluarga boorwater selalu tersedia di kotak obat.

Padahal seperti dituturkan dr. Hadi Prakoso, Sp.M, penggunaan boorwater berisiko menyebabkan gangguan pada mata. "Penggunaan boorwater terus-menerus dalam jangka waktu lama bisa menyebabkan mata kering." Itu sebabnya, opthalmologist atau dokter spesialis mata dari Klinik Mata Nusantara ini tidak menganjurkan pemakaian boorwater kepada pasiennya.

Lebih lanjut Hadi menjelaskan bahwa indra penglihatan sebenar-nya sudah dilengkapi oleh mekanisme pembersihan diri. Setiap kali berkedip, saat itulah air mata keluar untuk membersihkan mata. Lewat air mata, kotoran-kotoran di mata dibersihkan dan dibuang keluar.

Selain itu mata juga mampu membuang kuman dan bakteri yang ada di mata. "Air mata mengandung lisozim, betasin, Imunoglobulin A, dan Imunoglobulin G yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri," tambah Hadi pula. Barulah pada kasus-kasus tertentu dimana mata tidak bisa memfungsikan mekanisme pembersihannya, seperti pada kasus gangguan mata berat, mau tidak mau harus digunakan obat-obatan dan tindakan lain yang diperlukan.

GANGGUAN SARAF & FUNGSI HATI

Senada dengan Hadi, farmakolog DR. dr. Ernie Purwaningsih, MS., menuturkan bahwa boorwater sebetulnya merupakan larutan air dan asam borat. Jenis asam inilah yang diyakini berbahaya bagi mata anak. Asam borat merupakan senyawa kimia berbentuk kristal lunak yang memiliki sifat antiseptik dan mudah larut dalam air. "Kandungan asam borat yang terdapat pada boorwater adalah 3%. Ini merupakan konsentrasi ideal dan berlaku standar sebagai obat di seluruh dunia. Jika lebih dari 3 persen, dikhawatirkan asam boratnya akan mengendap dalam air. Sebaliknya, jika kandungannya di bawah 3%, kemungkinan efektivitasnya sebagai antiseptik akan berkurang," ujar Ernie.

Lalu kenapa boorwater dianggap membahayakan mata anak? Karena mukosa atau selaput mata mata anak lebih tipis dibanding selaput mata orang dewasa, hingga lebih mudah teriritasi. Selain itu, gangguan mata seperti mata merah yang disebabkan oleh pelebaran pembuluh darah akan memudahkan asam borat yang terkandung dalam boorwater terserap masuk ke dalam tubuh. Akibatnya, obat yang seharusnya berefek topical atau mengobati gangguan di bagian luar mata saja akan menjadi racun di dalam tubuh.

Semakin tinggi intensitas pemberian boorwater akan kian banyak pula asam borat yang masuk ke dalam tubuh. Jika pemakaian dilakukan dalam jangka panjang, asam borat yang terakumulasi dalam tubuh akan mengganggu fungsi hati dan menimbulkan gangguan susunan saraf pusat yang bisa "terbaca" lewat gejala kejang-kejang dan demam tinggi.

Namun semua zat kimia yang masuk ke dalam tubuh pastilah terlebih dulu mengganggu lokasi penyerapannya. Ernie mencontohkan asam borat yang tertelan mula-mula akan mengganggu saluran cerna dengan gangguan yang umum muncul di antaranya muntah-muntah dan diare. Jadi, bahaya yang mesti diwaspadai pertama kali dari penggunaan boorwater adalah intoksikasi atau keracunan pada mata anak. Ernie menjelaskan, asam borat bisa menyebabkan gangguan produksi air mata yang mengakibatkan mata jadi kering. Jika mata menjadi kering akibat kekurangan dan ketiadaan air mata, maka mukosa lapis lendirnya bakal mudah pecah dan tampaklah bercak-bercak kering.

Untuk memeriksa apakah mata seseorang kering atau tidak, menurut Ernie bisa dilakukan dengan uji break up time (BUT), yaitu waktu terjadinya bercak kering pada permukaan kornea sesudah satu kedipan. Bercak kering ini mudah terjadi bila jumlah air mata berkurang. Dengan kata lain, uji BUT mengukur secara kasar mutu dan stabilitas lapisan lendir mata. BUT mata normal berkisar antara 15-45 detik. Bila angkanya lebih kecil dari 10 berarti mata tidak normal karena lapis lendirnya gampang pecah yang membuat mata kering.

Lazimnya uji BUT dilakukan pada penderita keratokonjungtivitis sika atau kekurangan lapis lendir dan radang mata menahun. Khusus untuk keratokon-jungtivitis sika, kadang dilakukan pula uji Schirmer untuk menilai mutu air mata yang tidak tergantung pada kadar lapis lendir.

Ernie menjelaskan bahwa mereka yang terkena gangguan mata kering akibat produksi air matanya berkurang, permukaan matanya akan mengalami iritasi. Gejala-gejala yang timbul karena kondisi tersebut bisa beragam, seperti mata terasa panas, gatal, perih, memerah, mengganggu serta mengganjal saat mata mengedip. Kornea mata pun jadi keruh yang mengakibatkan gangguan pada penglihatan, semisal tak bisa lagi menangkap bayangan gambar dengan baik. Saat membaca, anak akan sulit membaca tulisan-tulisan yang ada di buku tersebut karena pandangannya kabur.

Dampak lain yang lebih parah dari penggunaan boorwater adalah mudahnya anak terkena infeksi, seperti trachoma yang dapat menimbulkan gangguan penglihatan. Dalam jangka panjang, gangguan ini akan menjalar ke kornea mata anak. Kalau gangguannya sudah terbilang amat parah, apa boleh buat mata yang rusak mesti diangkat.

Sementara menurut Erni pun penggunaan boorwater pada kulit yang luka tidak dibenarkan. Memang dalam jangka pendek kulit yang terluka itu jadi lebih cepat kering. Tapi Ernie mengingatkan bahwa kulit yang terluka merupakan "pintu masuk" bagi asam borat yang bersifat membahayakan tubuh. Para pakar pun, tukasnya, kini banyak yang meragukan efektivitas boorwater sebagai pengobat luka.

MAKIN PEKAT

Parahnya lagi, tukas pengajar dan peneliti dan peneliti di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini, kandungan ideal sebesar 3% dalam boorwater bisa meningkat karena beberapa faktor. Salah satunya karena botol yang dipakai sebagai wadah boorwater tidak tertutup rapat dan menyebabkan air pelarutnya menguap. Akibatnya, kepekatan asam borat dalam air yang tersisa semakin meningkat. Dampak negatif setiap tetes boorwater pun akan semakin tinggi.

Penyimpanan yang tidak bersih juga bisa menimbulkan dampak negatif lain. Boorwater bisa terkontaminasi oleh kuman dan bakteri. Jadi, alih-alih membuat mata sehat, boorwater yang tidak steril malah bisa membuat gangguan mata jadi lebih parah. Mata yang mulanya hanya sedikit memerah karena terkena debu malah jadi terinfeksi oleh kuman dan virus.

Namun Ernie mengakui hingga saat ini di Indonesia belum ada penelitian tentang dampak negatif boorwater, baik pada mata maupun pada organ tubuh lain. Meski begitu ada baiknya bila khalayak melakukan tindak pencegahan terhadap dampak negatif yang diakibatkan oleh penggunaan boorwater.

TIPS PENGGUNAAN BOORWATER

Berikut beberapa tips dari Ernie seputar penggunaan boorwater:

* Waspadai keberadaan boorwater yang masih banyak beredar di pasaran. Penggunaannya sebaiknya dibatasi hanya sebagai pengompres kulit. Namun, hindari penggunaan secara langsung pada kulit yang luka. Mencuci kulit yang terluka, cukup dengan air bersih.

* Bila mata kelilipan entah kemasukan pasir, bulu mata, atau debu, tidak perlu harus dicuci dengan boorwater. Air bersih saja sudah cukup.

* Penggunaan boorwater sebaiknya tidak lebih dari seminggu. Dikhawatirkan, pemakaian yang melebihi tenggang waktu ini menyebabkan peningkatan konsentrasi asam borat di lokasi pemakaian. Sementara kesterilannya juga tidak bisa terjamin.

* Meski keluhan mata kering akibat pemakaian boorwater lebih banyak dialami anak-anak, ada baiknya hindari pula pemakaian pada kalangan dewasa.

Saeful Imam. Foto: Iman/nakita

No comments:

Post a Comment