Monday, September 21, 2009

Ternyata pekerjaan tukang sampah sangat berat....

Hari ketiga pasca lebaran 2009, tukang sampah belum juga datang. Si mbak yang bantu-bantu di rumah juga masih di kampung. Jadi semua pekerjaan rumah dikeroyok berdua dengan istri yang sedang hamil ditambah ekstrakurikuler menjaga anak pertama yang lagi senang-senangnya mengacak-acak rumah. Well, semuanya sih sebenarnya tidak terlalu merepotkan karena hanya melap-lap rumah, menyiram tanaman, bener-benerin peralatan rumah, sementara nyuci masih ditumpuk saja karena ada si ibu yang bantuin nyuci.

Meskipun cuman bertiga (empat sama shello, begitu mommy-nya memanggil), namun limbah rumah tangga kita sepertinya tidak berkurang dibandingkan hari-hari biasa. Apalagi limbahnya sih kakaknya, puppi, yang baunya minta ampun. Sejak kemarin mommy mau membuang sampah rumah ke tempat kos, tapi aku larang, secara dianya lagi hamil. Jadi pagi ini aku saja yang membuangnya ke kos karena tempat kos lebih luas dan tukang sampah yang ngambilnya lebih rajin dibandingkan dengan yang di rumah.

Setelah sarapan pagi, makan mie rebus rasa soto, segera ambil sarung tangan dan buka tempat sampah. Awalnya sih nyantai saja, wong sampah aja, kan bisa cuci tangan setelahnya. No ill feel sih, abis waktu kecil dulu sering ngorek-ngorek sampah buat nyari cacing buat umpan mancing. Jadi no bother at all lah. Tapi itu dulu kali ya. Begitu buka tempat sampah, dan mulai ambil kantung-kantung sampah yang sudah -diplastikin, aku langsung nekkk. Huekk...huekk, gak ketahan baunya. Aku tahan-tahan seperti di No Fear, tapi rasanya sudah sampai ditenggorokan, tahan-tahan jangan keluar. Hek..hek.. byurr, keluar deh sih mie keriting dari perut. Hah...hah...hah..., baunya ampun deh. Tapi tugas masih jauh dari selesai, setelah muntah, aku kembali ambil beberapa kantung plastik kecil yang berisi sampah-sampah sejak hari Sabtu dan memasukkannya ke dalam kantung plastik besar warna hitam. Gak enak kan kelihatan tetangga nenteng-nenteng sampah liwat depan rumah mereka. Setelah jalan ke kos yang jaraknya gak terlalu jauh, buka pintu gerbang dan taruh deh. Lega deh, sudah mindain masalah ke kos. Maaf ya anak-anak kos, bapak kos mu ini nitip sampah..he..he..he.. ke tempat kalian, lagian kan kalian belum pada balik. No offense ya, tempat kos kan lebih luas dan terbuka selain tukang sampahnya lebih rajin, jadi diperkirakana gangguannya akan minimal kok :).

Balik lagi ke rumah, sampah masih ada. Nanggung deh kalo bongkar-bongkar sampah dan naruh di kantong plastik besar. Sekalian saja bawa sama tempat sampah gedhenya sekalian. Segera ambil folding trolly, tarik deh ke kos. Sekarang cuek sama tetangge-tetangge, yang penting rumah bersih dan tidak bau. Segera buang ke kos, cuci-cuci bak sampahnya, dan keringin beres deh, dan balik lagi ke rumah.

Abis gitu, lapar makan kacang ijo, buat gantiin mie yang keluar tadi. Terus nulis thread tentang sampah ini. Pak tukang sampah, anda sungguh berjasa, really, tanpa anda sungguh sengsara nasib kami secara lahir batin. Tapi apa yang kami lakukan, seenaknya saja buang limbah rumah tangga dan tidak memperhatikan cara-cara pembuangan yang baik. Nyampurin antara limbah organik dan anorganik sehingga sulit untuk diurai. Buang tampon bayi (masyarakat biasanya nyebut pampers) seenaknya saja, mentang-mentang punya duit, gak mau susah, main pake semaunya dan buang semaunya. Padahal itu bau lebih parah dibandingkan sampah lainnya. Anda, para tukang sampah benar-benar, orang-orang patriot. Meskipun sering tidak dilihat orang, bahkan menutup hidung, karena bau barang-barang bawaan anda, padahal dari rumah orang-orang tersebut, anda tetap setia melaksanakan pekerjaan anda dengan baik. Anda jarang datang, dinanti-nanti orang bahkan diomelin kok tidak datang-datang, tapi jika anda sering datang, anda juga diomel-omelin bawa-bawa bau yang ga sedap dan ganggu jalan.

Pak tukang sampah, terima kasih atas kesediaan bapak, menolong kami. Kami akan mulai untuk mengurangi sampah kami, mengolahnya, dan memperlakukan dengan baik sehingga kami tidak menambah beban bapak yang sudah begitu berat.

No comments:

Post a Comment