Tuesday, September 2, 2008

Data Inflasi Tahan Kejatuhan IHSG

01/09/2008 16:31

Asteria


(inilah.com/Bayu Suta)
INILAH.COM, Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) awal pekan ini tidak mampu berkelit dari hantaman berbagai sentimen negatif. Namun, keluarnya data inflasi Agustus yang lebih rendah dari Juli mampu menahan kejatuhan indeks lebih dalam.

IHSG pada penutupan perdagangan Senin (1/9) turun tipis 1,323 poin (0,06%) menjadi 2.164,620. Indeks LQ-45 turun 0,299 poin (0,07%) menjadi 449,362 dan Jakarta Islamic Index (JII) turun 2,186 poin (0,61%) menjadi 353,909.

Analis BNI Norico Gaman mengatakan, IHSG pada awal perdagangan terpantau bergerak flat cederung melemah tipis 0,03% pada level 2.165. Merosotnya indeks saham berlanjut hingga pada sesi siang berada di level 2.141.

Namun, pelemahan ini akhirnya reda setelah keluarnya data inflasi Agustus. “Setelah pengumuman data inflasi siang tadi, indeks saham berangsur-angsur membaik,” papar Norico.

Inflasi Agustus 2008 tercatat 0,51%, lebih rendah dibandingkan inflasi Juli sebesar 1,37%. Sedangkan laju inflasi tahun kalender tercatat 9,4% dan inflasi year on year (YoY) sebesar 11,85%. Level tersebut di luar dugaan banyak pihak yang memperkirakan tingkat inflasi Agustus mengalami kenaikan hingga menembus level 12%.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi terjadi karena adanya kenaikan indeks barang dan jasa di semua kelompok, seperti sektor makanan yang paling tinggi sekitar 0,9%, makanan jadi, minuman, tembakau 0,56%, dan sektor perumahan, air, listrik, dan gas bahan bakar sekitar 0,53%.

Harga yang mengalami penurunan adalah kelompok sandang 0,53%, sektor sektor transportasi, komunikasi dan jasa keuangan 0,01% karena tidak ada lagi kenaikan tarif angkutan.

Norico mengatakan, meskipun angka inflasi terlihat lebih rendah dari Juli, ada faktor yang belum dihitung dalam komponen inflasi, yaitu kenaikan harga gas elpiji. Bila diakumulasi hingga akhir September, Norico mengkhawatirkan terjadinya lonjakan inflasi.

Pasalnya selain kenaikan harga elpiji, kenaikan harga barang menjelang lebaran juga akan membebani inflasi. “Saya lihat inflasi September berpotensi lebih besar dari Agustus atau jika dibandingkan dari Juli, bisa sama atau bahkan lebih tinggi,” papar Norico.

Saham sektor perkebunan naik pesat akibat ekspektasi melonjaknya harga miyak kelapa sawit (CPO) menyusul masuknya bulan Ramadhan dan Lebaran yang akan meningkatkan permintaan produk CPO dan turunannya. Hal ini mendongkrak saham berbasis CPO seperti AALI, LSIP dan UNSP.

Lebih lanjut ia mengatakan, naiknya harga minyak mentah dunia tidak diiikuti saham sektor pertambangan seperti yang biasa terjadi. Menurut Norico, pelaku pasar dalam negeri bertindak anomali. Kenaikan harga minyak dilihat investor belum cukup meyakinkan, padahal sebenarnya bisa terus merambat naik hingga akhir tahun. Alhasil, saham-saham tambang seperti BYAN, BUMI dan MEDC anjlok.

Selain itu, naiknya harga minyak juga tidak berkorelasi signifikan dengan harga komoditas lain, seperti batubara dan sektor logam yang justru menunjukkan pelemahan. Hal ini kemudian mendapat respon negatif dari pasar modal. Pasalnya, jatuhnya harga komoditas, termasuk logam akan berpengaruh pada potensi ekspor Indonesia dan pelambatan ekonomi semester dua.

Perdagangan saham hari ini mencatat transaksi 44.027 kali, dengan volume 1,617 miliar unit saham, senilai Rp 2,407 triliun. Sebanyak 72 saham naik, 102 saham turun dan 64 saham stagnan.

Saham-saham yang turun harganya antara lain, PT Bayan Resources (BYAN) turun Rp 350 ke posisi Rp 5.450, PT Bumi Resources (BUMI) turun Rp 200 menjadi Rp 5.300, PT Telkom (TLKM) turun Rp 150 menjadi Rp 7.850, dan PT Timah (TINS) turun Rp 75 menjadi Rp 2.500.

Sementara saham PT Indofood Sukses Makmur (INDF) turun Rp 50 menjadi 2.200, PT Bank Mandiri (BMRI) turun Rp 25 menjadi Rp 2.800, dan PT Medco (MEDC) turun 5 menjadi Rp 4875,

Sedangkan saham-saham yang naik harganya antara lain, PT United Tractors (UNTR) naik Rp 400 ke posisi Rp 10.750, PT Astra Agro Lestari (AALI) naik Rp 250 ke posisi Rp 18.200, PT Astra International (ASII) naik Rp 200 ke posisi Rp 21.000, serta saham PT Indosat Tbk (ISAT) naik Rp 200 ke posisi Rp 6.350.

Demikian pula saham PT Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA) naik 100 menjadi Rp 14.600, PT London Sumatra (LSIP) naik 100 menjadi Rp 5.850, PT Bakrie Sumatera Plantation (UNSP) naik Rp 80 menjadi Rp 1.140, PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) naik Rp 100 menjadi Rp 5.950 dan PT Bank Central Asia (BBCA) naik Rp 75 menjadi Rp 3.250.

Bursa regional sore ini juga terpantau anjlok. Indeks Shanghai China turun 72,23 poin (3,01%) pada level 2325.14. Demikian pula indeks Hangseng Hong Kong turun 1,5% pada level 20.939,04.

Sementara indeks kospi Korea turun 4,06% pada level 1.414,43, level terendah sejak Maret 2007. Indeks Nikkei Jepang turun 238,69 poin (1,8%) pada level 12.834,18 sedangkan Topix ditutup turun 24,07 poin atau 1,9% pada level 1.230.64. [E1]

No comments:

Post a Comment