[ Jawa Pos, Selasa, 16 September 2008 ]
"Kerja itu harus ikhlas supaya rasa capek yang dirasa hilang." Begitu kata Briptu Untung Sudarsono mengenai profesi yang dilakoninya sebagai polisi. Dengan perasaan ikhlas, tugas berat sekalipun tidak akan menjadi beban. "Kalau kerja ngeresulo (mengeluh, Red) terus, malah gampang stres. Akibatnya, penyakit gampang masuk," tutur dia.
Pemahaman itu yang membuat Untung sangat menikmati pekerjaan. Dia lebih suka bekerja di lapangan ketimbang kantoran. Di lapangan, dia merasa dapat berinteraksi dengan masyarakat. Selain itu, dia bisa menunjukkan pengabdian secara langsung. "Saya juga nggak punya keahlian khusus. Ngetik pakai komputer saja nggak bisa. Jadi, nggak pas di kantoran," imbuhnya.
Meski usia tak lagi muda, Untung tak mau kalah dengan generasi di bawahnya. Malah, dia kerap menjadi contoh bagi rekan-rekannya. Sebab, dia selalu datang tepat waktu saat bertugas.
Demi menjadi polisi, Untung mengambil risiko tidak menyelesaikan SMA. Pada 1970, saat masih duduk di kelas 2 SMA, Untung memutuskan untuk menjadi polisi. Dia mendaftarkan diri di dua tempat. Yaitu, Sekolah Bhayangkara (Sebara) IX di Mojokerto dan Pasukan Gerak Tjepat (PGT) di Batujajar, Bandung. "Dulu syarat untuk mendaftar hanya butuh ijazah SMP dan surat izin orang tua," jelasnya.
Sebenarnya, dia diterima di dua tempat. Tapi, karena yang lebih dulu mengumumkan Sebara, sekolah itulah yang dia ambil. "Dulu saya berpikir, daripada lulus SMA tidak kerja, mending saya ambil kesempatan menjadi polisi meski harus mengorbankan sekolah," ujar putra seorang petani itu.
Untung lalu menjalani pendidikan di Mojokerto selama enam bulan. Pada 1 Januari 1971, dia diangkat sebagai anggota Kepolisian Negara dan ditugaskan di Madiun hingga 1975. Setelah itu, dia dipindahkan ke Polda Jatim hingga 1985. Pada 1976, Untung ditugaskan ke Timor Timur selama 18 bulan. "Saya jadi sukarelawan untuk menjaga keamanan Timor Timur saat itu," jelasnya.
Pada 1977, Untung balik ke Surabaya dan bertugas di Kota Pahlawan hingga sekarang. Menurut cerita, pada 1999 dia pernah mengajukan pensiun. Dia sudah memiliki ancang-ancang untuk mengisi masa tua. Ternyata, terbit peraturan baru mengenai usia saat pensiun. "Dari 48 jadi 58," katanya.
Karena pangkat barunya sudah telanjur dipakai, akhirnya Untung kembali melanjutkan tugas. ''Malah jadi tambah semangat,'' ucapnya.
Mengingat usianya sekarang, berarti satu tahun lagi dia pensiun. Namun, kali ini dia justru belum memiliki rencana untuk mengisi masa tua. "Nanti saya pikirkan sambil jalan. Yang pasti, satu atau dua bulan pertama setelah pensiun, saya akan orientasi," terang Untung.
Sebenarnya, ada niat untuk membuka usaha sampingan, seperti berdagang. Tetapi, dia kemudian berkata bahwa dirinya merasa tidak punya bakat dagang. "Makanya, lihat-lihat kondisi dulu. Tetapi, untuk satu-dua bulan pertama, saya ingin menikmati masa pensiun," tuturnya. (jan/ayi)
Monday, September 15, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment