INILAH.COM, New York - Harga minyak sepertinya akan terus meningkat dan pada perdagangan Kamis (3/7) di New York sempat mendekati rekor baru US$ 146 sebelum akhirnya turun lagi.
Harga minyak tertahan, tak melanjutkan peningkatannya setelah diketahui nilai tukar dolar AS menguat terhadap euro.
Harga minyak mentah jenis light, sweet untuk pengiriman Agustus naik 80 sen menjadi US$ 144,37 di New York Mercantile Exchange.
Pada sesi awal perdagangan, harga minyak sempat menyentuh level tertinggi baru, US$ 145,85 per barel, melampaui rekor sehari sebelumnya, US$ 143,57.
Harga minyak itu kemudian tertahan setelah Bank Sentral Eropa (ECB) menyatakan tak akan menaikkan tingkat suku bunga lebih tinggi lagi.
Keputusan itu, yang diperkirakan naik 0,25%, dimaksudkan untuk meredam laju inflasi di zona euro, mendorong dolar menguat terhadap euro.
Melemahnya dolar dinilai sebagai pemicu kenaikan harga minyak belakangan ini. banyak investor membeli minyak sebagai pelindung terhadap inflasi ketika dolar melemah, dan melemahnya dolar membuat harga minyak tak terlalu mahal bagi investor asing.
Sementara ketika dolar menguat, para investor tak punya banyak insentif untuk membeli komoditas.
Jadi kondisi terakhir ini tak biasa setelah harga minyak menguat padahal euro justru melemah terhadap dolar sebesar 2 sen. Itu artinya ini adalah ulah dari para pemodal yang menggelontorkan banyak uang ke pasar komoditas ini untuk mendapatkan kompensasi.
Selain itu, lonjakan harga minyak ini juga disebabkan oleh situasi di Timur Tengah, yang dikhawatirkan tak mampu memenuhi kebutuhan minyak dunia, terutama setelah terjadi ketegangan antara Israel dan Iran.
Sementara itu, di London, harga minyak mentah jenis Brent naik ke rekor terbaru US$ 146,69 per barel sebelum akhirnya turun menjadi US$ 145,24.[L2/4Jul08]
Monday, July 7, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment