Wednesday, July 2, 2008

Mengapa kita seperti ini?


Tadi dalam khutbah Jum'ah di salah satu masjid yang megah di Jakarta, seorang khotib mampu menghentak kesadaran akan hakekat kebangkitan (nasional). Biasanya dalam khutbah Jum'at perasaan mengantuk selalu menghinggap. Tadi, dalam sholat Jum'at, memang mengantuk tapi mampu terbendung oleh ceramah sang khotib yang sangat menggugah.

Khotib menyebutkan tiga istilah: etos kerja, etos ilmu, dan etos dagang. Ketiga etos tersebutlah yang telah membuat Islam jaya ketika abad kedelapan. Namun sekarang, mengapa kita jumlah umat Islam di Indonesia terbesar di dunia, jumlah masjid sangat banyak hingga ke dalam-dalam gang, serta jumlah jama'ah haji terbesar di dunia ??? tetapi angka korupsi sangat besar, prostitusi dan pornografi seperti hal biasa dan dengan mudah ditemui di sekeliling kita. Mengapa lingkungan kita sangat kotor, banjir penuh sampah, lihat kamar mandi/toilet umum begitu jorok bahkan sampai ke dalam masjid dan kampus. Padahal Islam mengajarkan kebersihan, bekerja keras merubah nasib, belajar.

Menurut sang khotib jawabannya adalah bahwa kita, umat Islam di Indonesia terlalu sibuk dengan ritual-ritual ibadah, hanya sholat. Tidak melihat aspek-aspek lain, baik dalam berkehidupan, bermasyarakat, dan berkeluarga. Akibatnya kita terjebak dalam simbol-simbol agamis tanpa memahami hakekat yang sangat mendasar dari Islam, yakni sekarang lebih baik dari kemarin dan besok akan lebih baik dari sekarang, dalam segala aspek kehidupan. Sebagai pemberi kebaikan bagi semesta alam. Wallahu'alam.

Jakarta, 23 Mei 2008

2 comments:

  1. terima kasih sharing info/ilmunya...
    saya membuat tulisan tentang "Bagaimana Menjadi Khatib Efektif?"
    silakan berkunjung ke:

    http://achmadfaisol.blogspot.com/2008/08/bagaimana-menjadi-khatib-efektif-1-of-2.html

    salam,
    achmad faisol
    http://achmadfaisol.blogspot.com/

    ReplyDelete
  2. Terima kasih Mas Faisol. Saya senang membaca tulisan-tulisan Mas. Saya akan sering-sering berkunjung ke blog Mas.
    Saya ingin belajar menulis yang runtun dan mudah dipahami seperti Mas. Saya masih berproses untuk itu.

    Wass

    ReplyDelete