Tuesday, July 1, 2008

Obligasi: Pengenalan

Latar belakang
Baik pemerintah dan perusahaan terkadang membutuhkan tambahan sumber pendanaan dari luar untuk membiayai belanjanya. Sumber dana jangka menengah dan panjang seringkali diperoleh di pasar modal dengan cara menerbitkan obligasi, common stocks, dan preferred stocks. Sumber dana jangka pendek biasanya didapatkan di pasar uang. Perbedaan utama antara pasar modal dan pasar uang adalah jangka waktu jatuh temponya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pasar obligasi
Kupon yang ditawarkan dan imbal hasil yang diminta oleh investor menjadi penentu harga obligasi. Investor akan melihat perkembangan tingkat suku bunga dan mencoba memperkirakan arah dari suku bunga. Membeli obligasi ketika tingkat suku bunga naik dapat menyebabkan capital losses jika dijual sebelum jatuh tempo. Sedangkan membeli obligasi ketika suku bungan turun dapat memberikan capital gain jika obligasi tersebut dijual sebelum jatuh tempo.

Beberapa hal yang mempengaruhi langsung pasar obligasi:
Suku bunga
Hubungan antara suku bunga pasar dengan harga obligasi berlawanan arah. Ketika suku bunga naik, maka hal ini akan menekan ke bawah harga obligasi yang ada. Sebaliknya, ketika suku bunga pasar turun, maka harga dari obligasi yang ada akan meningkat karena kupon yang ditawarkan lebih tinggi dari suku bunga pasar. Penentu utama suku bunga dalam perekonomian terletak di tangan bank sentral. Tiga alat utama yang dipergunakan bank sentral untuk mempengaruhi suku bunga dan likuiditas adalah:
- Open market operations
Bank sentral menggunakan SBI dalam open market untuk ekspansi dan kontraksi money supply. Ketika bank sentral ingin melakukan ekspansi money supply, maka ia akan menyerap bidding lelang SBI di bawah jatuh temponya. Sebaliknya, jika bank sentral ingin melakukan kontraksi maka dirinya akan menyerap semua bidding. Pengetatan money supply akan menyebabkan tingkat suku bunga pasar akan meningkat dan pelonggaran money supply mengakibatkan turunnya tingkat suku bunga.
- Reserve requirements
Bank sentral dapat mempengaruhi tingkat suku bunga melalui giro wajib minimum (GWM). GWM adalah persentasi tertentu dari deposit bank yang ditentukan oleh bank sentral dan digunakan sebagai reserve. Bank sentral dapat meningkatkan money supply dengan cara menurunkan tingkat GWM sehingga dapat mendorong lending mereka. Sebaliknya, jika bank sentral menngkatkan GWM maka hal tersebut akan mendorong ke atas tingkat suku bunga.
- Discount rate
Discount rate merupakan tingkat suku bunga yang ditentukan oleh bank sentral terhadap bank yang meminjam (memerlukan likuiditas) kepada bank sentral. Ketika discount rate ditetapkan lebih tinggi, maka hal tersebut akan mengurangi minat bank untuk meminjam reserves kepada bank sentral. Sementara itu, ketika discount rate ditetapkan lebih rendah, maka hal tersebut akan mendorong bank untuk meminjam likuiditas kepada bank sentral. Dengan cara ini, bank sentral dapat mengatur tingkat likuiditas di pasar.

Inflasi
Peningkatan inflasi akan memberikan tekanan ke bawah terhadap harga obligasi karena obligasi membayarkan bunga secara tetap sebagaimana dinyatakan pada tingkat kupon yang diberikannya. Ketika inflasi meningkat, maka daya beli dari bunga yang dibayarkan oleh obligasi akan terkikis dan akibatnya harga obligasi akan turun. Dalam kondisi ini, penerbit obligasi harus meningkatkan kuponnya sehingga kondusif bagi investor untuk membelinya. Sebaliknya, jika inflasi diekspektasikan turun, maka harga obligasi yang ada akan meningkat karena pemegang obligasi menerima real rates of return yang lebih besar.
Formulanya: Real rate of return = Bond yield (coupon rate) – Rate of inflation
Untuk mengukur inflasi salah satunya digunakan consumer price index (CPI) atau indeks harga konsumen (IHK). CPI mengukur perubahan harga item-item seperti makanan, pakaian, perumahan, transportasi, perawatan kesehatan, dan hiburan. Selain CPI, terdapat producer price index (PPI) atau indeks harga pedagang besar (IHPB) yang memonitor harga-harga material/bahan baku yang digunakan untuk memproduksi suatu produk. IHPB dipandang lebih baik dalam memprediksi tingkat inflasi dibandingkan dengan IHK karena ketika harga bahan baku meningkat, masih diperlukan waktu sebelum konsumen dibebani kenaikan harga barang.
Indikator lain untuk memperkirakan tingkat inflasi ke depan adalah leading inflation index yaitu indeks yang mengantisipasi pola siklikal pada inflasi harga konsumen, yang merupakan signal yang jelas adanya tekanan inflasi ke depan.
Ketika ekonomi dalam fase recovery, manufacturing capacity utilization rate menjadi indikator penting untuk diamati. Indikator ini mengukur seberapa besar potensial kapasitas ekonomi telah digunakan. Para ekonom mulai mencemaskan tekanan inflasi ketika kapasitas produksi nasinal meningkat di atas 82,5 persen. Sebagai contoh, ketika recovery perekonomian mantap dan ekonomi tumbuh cepat pada saat suku bunga rendah, pengangguran menurun, sehingga meningkatkan tekanan harga dan harga barang.
Harga obligasi, dalam kaitannya dengan ekspektasi inflasi ke depan, biasanya reaktif dan bervolatilitas. Namun, pemegang obligasi seharusnya tidak bereaksi terhadap pergerakan harga obligasi harian yang naik-turun karena transaksi perdagangan harian. Mereka seharusnya mendasarkan reaksinya terhadap ekspektasi inflasi di masa depan yang lebih panjang

State of the Economy
Secara umum, kondisi ekonomi yang mengalami ekspansi dapat memberikan efek yang negatif terhadap pasar obligasi karena perekonomian yang ekspansi seringkali dipandang inflasioner. Sementara itu, sluggish economy biasanya dipandang sebagai berita yang baik bagi pasar obligasi karena suku bunga dan inflasi cenderung lebih rendah.

Indikator ekonomi yang mempengaruhi pasar obligasi
Pertumbuhan PDB riil-->Berdampak negatif. Sebaliknya, penurunan PDB positif bagi pasar obligasi.
Peningkatan pengangguran-->Merupakan indikasi penurunan kondisi bisnis, sehingga merupakan signal positif bagi pasar obligasi.
Penurunan pengangguran-->Indikasi bisnis bergerak ke arah full employment, yang mana negatif bagi pasar obligasi.
Inflasi-->Tingkat inflasi yang tinggi negatif bagi pasar obligasi karena berpotensi mengurangi daya beli dari pendapatan tetap dari obligasi.
Suku bunga-->Terdapat korelasi yang kuat antara suku bunga dan pasar obligasi; penurunan suku bunga positif bagi pasar obligasi; sedangkan suku bunga yang tinggi atau naik akan menekan harga obligasi yang sudah ada.
Money supply-->Peningkatan money supply positif bagi ekonomi dan pasar obligasi, asalkan tidak inflasioner. Tight money supply cenderung menekan ekonomi dan pasar obligasi.
Nilai tukar-->Nilai tukar yang apresiatif positif bagi pasar obligasi karena mendorong investasi asing. Sebaliknya, depresiasi nilai tukar negatif bagi pasar obligasi karena mengurangi minat investor asing.

No comments:

Post a Comment