Tuesday, August 19, 2008

Bank BNI ikut sindikasi kredit manufaktur senilai US$35 juta

JAKARTA: PT Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk bergabung dalam sindikasi kredit perusahaan manufaktur senilai US$35 juta atau Rp322 miliar dengan kurs Rp9.200 per dolar AS. Bank Mega Tbk dan Bangkok Bank juga terlibat dalam rencana itu.

Wakil General Manager Institutional Banking Bob Ananta menyampaikan sindikasi kredit tersebut masih dalam tahap finalisasi dan diharapkan bulan depan sudah bisa ditandatangani perjanjiannya. BNI akan menjadi lead arranger dalam sindikasi itu

"Kami masih dalam negosiasi dengan perusahaan fiber tersebut. Mudah-mudahan bulan depan sudah bisa disepakati. Itu [September] paling lama," ujarnya kepada Bisnis di Jakarta, pekan lalu.

Dia menyampaikan rencana kredit sindikasi sebesar US$35 juta itu akan digunakan perusahaan terkait untuk pembiayaan investasi. Namun, Bob belum mau menyebutkan nama perusahaan fiber tersebut. "Belumlah, itu nanti saja. Yang jelas perusahaan swasta."

Jangka waktu kredit tersebut, sambungnya, direncanakan berlangsung dalam jangka menengah, yakni lima tahun. Sejauh ini, ungkapnya, baru Bank Mega dan Bangkok Bank yang menyatakan bergabung dalam sindikasi tersebut.

Dalam kesempatan itu, Bob menyampaikan saat ini pihaknya masih menyusun rencana untuk melakukan sin- dikasi beberapa proyek. Namun, Bob masih enggan menyampaikan sejumlah proyek tersebut karena masih dalam taraf penjajakan.

Bank pelat merah itu sepanjang paruh pertama 2008 termasuk agresif dalam mengga- lang sindikasi kredit mulai dari sektor infrastruktur, telekomunikasi, hingga power plant.

Bulan lalu, BNI bersama BRI dan Bank Jabar Banten, co lead arranger konsorsium bank pembangunan daerah, terlibat dalam sindikasi kredit modal kerja kepada PT Telkom Tbk senilai Rp2,5 triliun. Sebelumnya,? Telkomsel juga meraih pinjaman dari BNI dan BCA senilai Rp3 triliun.

BNI juga menjadi coordinating arranger proyek pembangunan PLTU batu bara Labuan 2 x 315 MW milik PLN sebesar Rp2,8 triliun. Bank BUMN itu, pada awal Agustus juga memberikan kredit bilateral kepada PT Krakatau Steel sebesar Rp1,46 triliun terdiri dari US$75 juta dan Rp750 miliar.

Kinerja kredit BNI pada semester pertama tahun ini tumbuh sebesar 26,6% menjadi Rp99,02 triliun lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang masih Rp78,24 triliun. Namun, ekspansi kredit yang cukup besar itu tak cukup efektif mendongkrak laba perseroan.

Laba bersih BNI justru anjlok 56,9% menjadi hanya Rp439 miliar akibat tingginya beban pencadangan. BNI kini menanggung beban penyisihan pencadangan aktiva sebesar Rp2,15 triliun lebih dari dua kali lipat dari periode yang sama tahun lalu yang masih Rp998 miliar. (11)


Penulis : Bisnis Indonesia
Tanggal :
Tuesday, 8/19/2008

No comments:

Post a Comment