Wednesday, August 20, 2008

Sumur Takakura alias Sumokura Karya Warga Rungkut Menanggal Mampu Kurangi Sampah hingga 90 Persen

[Jawa Pos, Kamis, 21 Agustus 2008 ]


Komposter resapan alias biopori lazimnya terbuat dari pipa paralon. Tapi, warga RT 7 RW 1 Rungkut Menanggal memiliki terobosan baru. Mereka membikin komposter mirip sumur. Namanya sumokura.

HAJI SAYI, 50, ketua RW 1 Rungkut Menanggal, merasa resah. Sebab, banyak warga kampung tidak mampu membeli keranjang takakura. Padahal, semangat mereka untuk berpartisipasi dalam lomba Kampungku Bersih Surabaya Green and Clean sangat tinggi. Warga memang memiliki komposter resapan. Tapi, kapasitasnya tidak cukup untuk menampung sampah basah yang dihasilkan tiap rumah di kampung tersebut. Maklum, komposter resapan itu hanya mampu menampung setengah kilogram sampah.

Selaku ketua RW, Sayi merasa ikut bertanggung jawab menyediakan komposter sampah bagi warganya. Namun, dia tak mampu bila harus membeli keranjang takakura untuk seluruh warganya. Dia lantas mencari solusi. Dia membahas masalah itu bersama Ketua RT 7 Sutaji, 42. Selama kurang lebih dua jam berkeliling kampung, akhirnya mereka mendapatkan ide untuk membuat komposter resapan yang mampu menampung sampah basah rumah tangga dalam jumlah besar.

Mulailah mereka mencari alternatif lain untuk mengganti bahan komposter itu. Akhirnya, mereka sepakat membuat sumur yang digali dengan bor, tapi tidak sampai keluar mata air. Kedalamannya sekitar 3 meter di bawah tanah dan berdiameter 8 dim. Karena bentuk yang besar seperti sumur, warga lantas menamakannya dengan istilah sumur takakura atau disingkat dengan sumokura.

Secara keseluruhan, komposter berbentuk sumur itu tak jauh berbeda dengan komposter resapan yang terbuat dari paralon. Menurut Sayi, meski berbentuk besar dan tak menggunakan buis, komposter tersebut tidak akan mengganggu warga. "Bahkan, kalau menggunakan buis, pengomposan akan berlangsung lama," ujarnya.

Pembuatan sumokura cukup rumit, terutama saat membikin lubang di tanah. Warga harus menggunakan mesin bor. "Kalau digali secara manual, pasti berhari-hari jadinya," tutur Sayi sambil tersenyum.

Hingga kini, RT 7 RW 1 Rungkut Menanggal sudah menanam empat sumokura di kampungnya. Dengan empat sumokura itu, warga mampu mereduksi sampah basah mereka hingga 90 persen dari total yang ada. "Sisanya adalah sampah yang tidak dapat didaur ulang maupun dikomposkan," terangnya.

Selain itu, Sayi menambahkan, dirinya bersama Sutaji mengembangkan biopori dari kaleng bekas cat yang telah ditanam sebanyak 30 buah. "Setiap rumah memiliki satu biopori itu. Sekarang kami kebingungan mencari sampah," imbuh Sayi sambil tersenyum. (oni)

INDRA DANU SAPUTRA, Surabaya

No comments:

Post a Comment