Wednesday, August 20, 2008

Tampil "Gila" Demi Kampung

[Jawa Pos, Kamis, 21 Agustus 2008 ]

PENJURIAN 50 RT kategori wilayah berkembang terus berlanjut. Kemarin (20/8) giliran empat RT di Kecamatan Rungkut yang didatangi tim juri. Empat kampung itu saling memamerkan kelebihan masing-masing. ''Dari keempat peserta, ada satu RT yang sangat menonjol,'' kata Evita Wulandari, salah seorang juri dari Yayasan Unilever Indonesia.

Yang dimaksud adalah RT 7 RW 1 Kelurahan Rungkut Menanggal. Sambutan warga di RT tersebut sangat heboh. Sebanyak 32 kader lingkungan mengenakan seragam merah putih dengan aksesori mahkota dari sampah bekas mi instan. Mereka juga memakai kalung dan rok yang terbuat dari sedotan bekas. Dengan dandanan unik itu, warga bernyanyi keliling kampung.

Sambil meneriakkan yel-yel, mereka membawa peralatan musik dari dapur, seperti wajan, sutil, dan panci. Sebagai pengeras suara, mereka menggunakan tape yang ditaruh di dalam keranjang bayi dan diikat.

Menurut Ketua RT 7 Sutaji, ulah ''gila'' kader lingkungan itu sebenarnya merupakan bukti antusiasme dan kekompakan warga. Mereka sangat bersemangat karena berhasil masuk ke babak 50 besar. ''Sebenarnya, kami tidak menyangka bisa masuk ke 50 besar,'' tutur Sutaji.

Muarofah Sutaji, koordinator kader lingkungan RT 7, menerangkan, warga di kampungnya saling kenal satu sama lain dengan baik. Hal ini yang membuat dirinya dan kader lingkungan tidak malu berbuat gila-gilaan seperti itu. ''Santai aja, mereka juga saudara kita,'' ujarnya.

Muarofah menambahkan, berkat kekompakan warga, kampung yang dulunya berupa rawa-rawa tersebut bisa disulap menjadi kampung yang bersih. ''Kami baru mempersiapkannya April lalu,'' jelas dia.

Melihat antusiasme warga, tim juri kompak menyatakan bahwa sambutan RT 7 RW 1 Rungkut Menanggal termasuk paling heboh. ''Tempat ini kami nobatkan sebagai wilayah dengan penyambutan terheboh,'' tegas Evita.

Selain sambutan yang heboh, warga juga memiliki inovasi lain. Dengan bantuan Ketua RW 5 H Sayi, kampung itu mampu menciptakan komposter berukuran besar di dalam tanah. Komposter tersebut dibuat seperti sumur untuk membuang sampah basah. ''Kami menyebutnya sumokura, singkatan dari sumur takakura,'' kata Sayi.

Tim juri juga mendatangi RT 2 RW 4 Penjaringansari, RT 9 RW 4 Medokan Ayu, dan RT 4 RW 4 Panjang Jiwo. (dan/oni)

No comments:

Post a Comment