Saturday, October 25, 2008

DHA SULIT DISERAP BAYI, JANGAN TERPENGARUH IKLAN SUSU

JAKARTA (MEDIA) : Tingkat konsumsi Docosahexanoic Acid
(DHA) yang berlebihan akan membahayakan metabolisme
tubuh. Sebab tubuh terpaksa dibebani pekerjaan yang
lebih berat untuk mengeluarkan asam lemak esensial
tersebut.



Spesialis penyakit anak Dr. Utami Roesli MBA, mengutip
hasil penelitian yang dilaksanakan di Australia,
Amerika Serikat maupun Eropa, bahwa di tiga kawasan
negara maju ini, belum dihasilkan efektifitas dari
penambahan DHA dalam produk susu maupun makanan bayi
dan anak-anak termasuk untuk ibu hamil. "Jadi belum
ada anjuran untuk menambahkan unsur asam linoleat dan
asam linolenat itu ke dalam susu", ujarnya kepada
Media, kemarin di Jakarta. Lebih jauh ditegaskan,
seperti juga lemak susu sapi, maka asupan DHA tsb.
tersebut bukan merupakan ikatan rantai panjang,
sehingga masih sulit diserap oleh pencernaan bayi.
Terlebih lagi, katanya, karena susu yang akan
dikonsumsi ini harus dibuat dengan menggunakan air
panas hingga mengalami proses pemanasan. Akibatnya,
aktifitas enzim desaturase dan elongase yang
memfasilitasi pembentukan DHA dalam tubuh secara
otomatis hancur.



Karena itu, Utami, sebagai pakar air susu ibu (ASI)
mengingatkan kepada masyarakat, khususnya kaum ibu,
supaya jangan terpengaruh terhadap iklan susu dan
makanan pendamping ASI yang mengandung DHA dengan
iming- iming mampu meningkatkan kecerdasan bayi. "Asam
lemak esensial tersebut justru cukup terkandung dalam
ASI, bahkan unsur DHA-nya tergolong ikatan rantai
panjang yang sangat mudah diserap pencernaan bayi",
ujarnya. Karena itu dia menganjurkan agar bayi
diberikan ASI sejak lahir sampai umur 4 bulan, karena
asam lemak ASI juga terdiri dari asam arakidonat.
"Berarti, kandungannya melebihi unsur asam linoleat
dan asam linolenat".



Setelah empat bulan, katanya, bayi dapat diberikan
tempe yang mengandung pula asam linoleat maupun asam
linolenat karena lemaknya termasuk ikatan rantai
panjang. Utami menjelaskan, setelah mencapai umur enam
bulan, bayi juga dapat diberikan ikan laut, yang
secara alami mengandung pula kedua asam lemak itu
tanpa harus mengonsumsi susu formula.



Menyesatkan

Ketua Lembaga Peningkatan Penggunaan ASI Rumah Sakit
Saint Carolus ini mengakui, semboyan "Empat Sehat Lima
Sempurna" yang berlaku sejak dulu dinilai telah
menyesatkan masyarakat. "Orang beranggapan konsumsi
makanan sehari-hari belum sempurna jika tidak minum
susu. Susu bukan berarti tidak penting, namun bukan
segala-galanya", tegasnya lagi. Dia bahkan melihat
iklan susu maupun makanan bayi dan anak-anak yang
diimplementasi dengan DHA cenderung menyesatkan
masayarakat, karena produsen memanfaatkan kebodohan
konsumen yang tak memahami manfaat sesungguhnya dari
unsur tambahan tersebut.



Sementara, kalangan spesialis gizi di Indonesia
umumnya menyatakan masih awam terhadap kandungan DHA
dalam susu. Karena sampai sejauh ini, belum pernah
dilakukan penelitian tentang manfaatnya. Dokter
Soebagyo Sumodihardjo MSc, pakar gizi dari bagian Ilmu
Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
mengungkapkan pihaknya baru mengetahui hal itu dari
media massa. Ketika ditemui Media usai pembukaan
lokakarya "Pemerataan serta Peningkatan Pemanfaatan
Lulusan Pendidikan Tenaga Kesehatan di Sektor
Non-Departemen Kesehatan dan Kesejahteraaan Sosial"
kemarin di Jakarta, dia belum bersedia dimintai
komentarnya. "Saya baru mengkliping dan belum membaca
literatur", ujarnya. Dia berjanji memberitahukan hal
tersebut seminggu kemudian setelah segala informasi
dikumpulkan dari

berbagai sumber.



Spesialis Anak Dr. Sri S. Nasar sebelumnya
menginformasikan bahwa overdosis DHA pada manusia,
sejauh ini baru terlihat dialami orang Eskimo yang
banyak mengkonsumsi ikan laut. Dikatakan bahwa
gejalanya berupa perdarahan, mirip flek-flek berwarna
kebiruan di kulit. "Efek yang lain baru ditemukan pada
monyet maupun tikus, tapi gejalanya berbeda".
(Rse/V-1)

No comments:

Post a Comment