Friday, October 24, 2008

Tidur Siang Yuk

TEMPO Interaktif, BOSTON :
Jangan lewatkan kesempatan untuk tidur siang barang sedetik pun. Ternyata kebiasaan zaman baheula, yang kini hanya bisa ditemui di beberapa kota kecil di Jawa Tengah, itu baik untuk jantung.

Tidur sebentar setelah makan siang terbukti baik untuk jantung. Dalam sebuah riset yang melibatkan lebih dari 23 ribu laki-laki dan perempuan Yunani berusia 20 sampai 86 tahun, terungkap bahwa tidur siang sedikitnya tiga kali seminggu selama 30 menit bisa mengurangi risiko kematian akibat penyakit jantung.

Laporan yang dipublikasikan dalam jurnal The Archives of Internal Medicine itu menuturkan risiko kematian akibat penyakit arteri koroner bagi orang yang rutin tidur siang 37 persen lebih rendah dibanding orang yang tak pernah tidur siang. Efeknya juga lebih baik bagi pria bekerja. Tentunya, dalam riset itu, faktor merokok, aktivitas fisik, diet, dan indeks massa tubuh telah dikontrol.

Dimitrios Trichopoulos, pemimpin riset sekaligus dosen pencegahan kanker di Harvard School of Public Health, Boston, Amerika Serikat, menyatakan tidur siang bagi dia adalah sebuah kebutuhan mutlak yang tak bisa diganggu gugat. "Kalau bisa, Anda harus tidur siang setiap hari," katanya.

Trichopoulos mengatakan, sebagai orang Yunani, dia terus melakukan kebiasaan yang umum di negaranya itu meski sejak 1989 tinggal di Amerika Serikat dan bekerja sebagai ketua sebuah departemen di Harvard selama tujuh tahun.

"Saya selalu berhenti bekerja dan tidur siang setiap hari," ujarnya. "Ini sungguh kebiasaan yang menyenangkan. Anda bisa memulai hari kembali pada pukul 6 atau 7."

Gagasan untuk meneliti hubungan antara tidur siang dan penurunan tingkat kematian akibat penyakit jantung memang diilhami oleh tingginya kebiasaan tidur siang di wilayah Mediterania dan sejumlah negara Amerika Tengah. Bahkan toko-toko di Spanyol selalu tutup pada siang hari dan istilah siesta untuk tidur siang menjadi populer.

Di negara-negara penganut siesta itulah tingkat penderita penyakit jantung juga rendah. Namun, ada sebuah penelitian yang menyatakan rendahnya tingkat penderita penyakit jantung itu lebih disebabkan oleh pola makan sehat yang dianut masyarakat negara-negara itu. Diet mereka tinggi serat dan lemak tak jenuh serta rendah produk daging dan susu, sehingga dalam penelitian ini Trichopoulos sengaja mengontrol makanan para sukarelawan selama masa penelitian. Dia meminta seluruh peserta mengisi data apakah mereka makan sesuai dengan diet sehat.

Menurut para ilmuwan yang terlibat dalam studi ini, ada dua masalah besar yang membuat hasil penelitian itu menyimpang. Pertama, orang yang tidur siang biasanya memiliki aktivitas fisik rendah dan kurang berolahraga menjadi pemicu penyakit jantung. Kedua, orang yang memiliki kondisi serius, seperti jantung koroner, cenderung tidur siang lebih lama dibandingkan dengan orang sehat.

Untuk mencapai hasil penelitian yang pasti dan tak bias, penelitian semacam ini memerlukan calon sukarelawan dalam jumlah besar, yang diharuskan melakukan olahraga fisik terukur secara akurat serta mengeluarkan mereka yang memiliki penyakit serius. Dan studi ini, menurut Trichopoulos, memenuhi semua syarat.

Dalam penelitian itu, para ilmuwan mulai merekrut sukarelawan pada 1994 dan mengikuti kegiatan mereka selama lebih dari enam tahun. Para ilmuwan menolak sukarelawan yang pernah mengalami berbagai jenis penyakit, seperti arteri koroner (penyakit jantung yang paling umum karena penyumbatan lemak di pembuluh arteri jantung), sakit dada, stroke, atau kanker, sehingga kelompok analisisnya hanya tersisa 9.569 laki-laki dan 14.112 perempuan. Dalam masa riset, 85 laki-laki dan 48 perempuan meninggal akibat penyakit jantung.

Tidur siang kurang dari tiga kali seminggu juga bisa menurunkan risiko, tapi efeknya kurang signifikan secara statistik. Ketika para ilmuwan Harvard itu membatasi analisisnya kepada pria bekerja yang rutin tidur siang, mereka menemukan penurunan 50 persen.

Trichopoulos menyatakan efek tidur bagi kesehatan jantung amat besar. Meski demikian, doktor Harvard itu tidak merekomendasikan tidur siang untuk menggantikan gaya hidup sehat lainnya.

Tapi Henry S. Cabin, dosen ilmu kedokteran di Yale dan direktur New Haven Hospital Heart Center, tidak sependapat. Dia sedikit skeptis tentang hasil penelitian tersebut meski sejumlah penelitian lain menunjukkan tidur memang baik bagi jantung.

"Studi ini tampaknya memang dilakukan dengan baik," katanya. "Tapi kesempatan untuk tidur siang adalah ciri dari gaya hidup berbeda yang memang dengan sendirinya menurunkan risiko itu. Mungkin pesannya adalah mengadaptasi hidup yang lebih santai, bukannya pulang ke rumah untuk tidur siang."

Trichopoulos mengakui adanya kekurangan dalam studinya karena hanya sedikit orang dalam kelompok analisis yang meninggal akibat arteri koroner, terutama kelompok perempuan. Namun, paling tidak studi ini memberikan landasan: efek tidur siang sama nilainya dengan mengkonsumsi sebutir aspirin atau berolahraga setiap hari.

"Kami berniat melanjutkan penelitian untuk mengkonfirmasikan penemuan ini. Tapi jika terbukti benar, hal ini sangat signifikan," katanya. "Tidur jelas lebih enak dibanding minum aspirin dan jauh lebih menyenangkan daripada olahraga."

tjandra dewi | NYTimes | wikipedia

No comments:

Post a Comment