Saturday, October 25, 2008

HARUSKAH PILIH SUSU DENGAN KANDUNGAN EKSTRA

Tambahan berupa "zat penyehat" dalam susu formula hanya akan efektif bila bersinergi dengan zat gizi lainnya.


Hari gini , orang tua mana yang tak pernah dengar istilah DHA dan AA? Di pasaran dengan mudah kita jumpai beragam produk susu formula lengkap dengan zat-zat ekstra. Namanya macam-macam, ada susu formula dengan Omega-3 DHA ( docosahexaenoic acid alias asam dokosaheksaenoat), AA/ARA ( arachidonic acid alias asam arakidonat), prebiotik FOS ( fructo-oligo-saccharide ), L-carnitin, laktoferin dan laktulosa, dan lainnya.

Meski tambahan kandungan zat-zat itu didasari serangkaian penelitian, tak heran kalau kemudian muncul pertanyaan, apa benar kehadirannya betul-betul dibutuhkan oleh tubuh anak? Bagaimana dengan susu formula yang tidak mengandung bahan-bahan tadi, benarkah tidak cukup membuat anak kita sehat dan cerdas?

FORTIFIKASI ZAT TAMBAHAN

Bahan dasar susu formula umumnya adalah susu sapi, meski ada pula yang berbahan dasar kedelai. Tanpa tambahan apa pun sebetulnya bahan-bahan dasar ini sudah memiliki kandungan gizi yang tinggi walaupun tetap dengan keterbatasan. Selain itu, ada beberapa zat gizi dan zat penyehatnya yang rentan pemanasan. Oleh karena itulah, kandungan susu formula perlu disesuaikan agar mendekati kecukupan gizi yang dianjurkan bagi bayi dan anak. Caranya dengan menambahkan (fortifikasi) kandungan zat gizi dan zat penyehat esensial tertentu yang belum ada, yang rendah ketersediaannya, atau yang hilang selama proses pengolahan.

Acuan dalam penyusunan komposisi susu formula, selain angka kecukupan gizi, juga komposisi ASI sebagai makanan bayi dan anak hingga umur dua tahun. Dengan begitu, formulasinya dibuat mendekati komposisi ASI, terutama susu formula untuk bayi dan anak hingga usia dua tahun.

Jika kini kita jumpai susu formula dengan kandungan zat penyehat seperti asam folat, DHA/AA dan sebagainya, itu berkat temuan dalam penelitian bidang nutrisi anak. Zat-zat esensial ini sebetulnya terdapat dalam ASI dengan kadar yang cukup.

Oleh para produsen, temuan ini lantas dipakai untuk memperkaya produk susu formulanya dengan menambahkan kandungan zat-zat esensial tersebut. Memang, melalui penelitian yang panjang, beberapa di antaranya telah terbukti memberikan manfaat plus bagi kesehatan bayi dan anak.

TAK HARUS DAN TAK DILARANG

Yang perlu diketahui, kandungan tambahan seperti DHA sebenarnya hanyalah komponen terkecil dari asam lemak. Tubuh anak pada dasarnya bisa membuat sendiri sejauh ia mengonsumsi asam lemak tak jenuh atau asam linolenat dan asam linoleat sebagai prekursornya.

Nah kalau kita mengonsumsi DHA, pasti kecukupan DHA akan terpenuhi. Yang menjadi pertanyaan, betulkah komponen tersebut lebih efektif bila ditambahkan pada susu formula? Apakah komponen "kecil-kecil" tadi wajib dikonsumsi? Kalau tubuh tak membentuk sendiri kandungan tersebut sampai perlu ditambahkan dari luar, bagaimana dengan mereka yang tidak pernah mengonsumsi susu formula seperti ini?

Sampai sejauh ini, memang tak ada keharusan bagi orang tua untuk memberikan susu dengan tambahan zat ekstra tersebut dan juga tak ada larangan karena memang tidak berbahaya. Toh, jika kandungan tersebut tidak digunakan oleh tubuh, maka akan terbuang dengan sendirinya. Apalagi risiko kelebihan ini kecil kemungkinannya terjadi karena kadarnya sudah diperhitungkan. Lain hal kalau kandungan tersebut dikonsumsi dalam bentuk suplemen misalnya, risiko kelebihan bisa saja terjadi.

Yang perlu dimengerti, kandungan tambahan ini hanya akan efektif berfungsi bila bersinergi dengan zat gizi lainnya. Misalnya kandungan AA-DHA akan berfungsi baik bila bersinergi dengan zat besi dalam pembentukan otak. Jadi yang terpenting dari susu tetaplah zat gizi utamanya, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral. Jika kebutuhan dasar gizi sudah tercukupi, maka zat ekstra ini baru akan terasa manfaatnya.

Sebaliknya jika kandungan dasar gizinya saja tak tercukupi, bagaimana tubuh dapat memanfaatkan komponen tambahan tersebut untuk dimetabolisme? Dengan kata lain, susu formula tanpa kandungan tambahan di luar zat gizi utama sudah sangat baik. Tinggal bagaimana orang tua menyikapinya dan menentukan pilihan.

KENALI KANDUNGAN TAMBAHAN PADA SUSU FORMULA

Berikut beberapa kandungan tambahan yang ada dalam beragam produk susu formula:

1. AA (Asam Arakidonat) - DHA (Dokosaheksaenoat)

Merupakan komponen dari asam lemak esensial yang terdapat di otak. Komponen ini merupakan asam lemak rantai panjang atau istilahnya LCPUFA ( Long Chain Polyunsaturated Fatty Acids ).

Manfaat :

Untuk tumbuh kembang otak. Penting bagi perkembangan saraf di otak, terutama pembentukan jaringan lemak otak ( mylenisasi ) dan interkoneksi antarsaraf di otak. Selain untuk perkembangan organ penglihatan yang optimal dan pertumbuhan jaringan tubuh serta prostaglandin. Kekurangan AA dan DHA akan berimbas pada perkembangan fungsi mental dan intelektualnya.

2. Karoten

Terdapat dalam jaringan dan cairan tubuh manusia termasuk ASI.

Manfaat :

Untuk meningkatkan kekebalan tubuh, memelihara sel-sel sehat dan melindungi bahaya kumulatif radikal bebas.

3. Selenium

Merupakan salah satu unsur mineral.

Manfaat :

Mineral yang berfungsi untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh sekaligus berfungsi sebagai antioksidan

4. Sphingomyelin

Sejenis fosfolifid yang terdapat pada ASI yang merupakan komponen utama dalam proses pembentukan selubung myelin otak.

Manfaat :

Selubung myelin ini berperan penting dalam mempercepat rangsangan dari satu sel saraf ke sel saraf lain.

5. Nukleotida

Senyawa dimana asam nukleat diuraikan pada hidrolisa, terdiri dari basa nitrogen, gula dan golongan fosfat.

Manfaat :

Meningkatkan sintesa LCFUFA, meningkatkan kekebalan tubuh, meningkatkan hifidobakteria di usus, menurunkan kejadian diare dan membantu absorpsi zat besi.

6. Laktoferin

Protein yang umum terdapat dalam susu.

Manfaat :

Suatu glikoprotein yang berfungsi meningkatkan daya tahan tubuh dari serangan bakteri berbahaya dengan mengikat zat besi yang dibutuhkan bakteri tersebut sebagai sumber makanan.

7. Laktulosa

Yaitu prebiotik yang membantu meningkatkan pertumbuhan bifidobakteria atau bakteri menguntungkan.

Manfaat :

Membantu kesehatan sistem pencernaan dan memperbaiki penyerapan zat gizi. Selain menghasilkan vitamin-vitamin yang berguna bagi tubuh dan zat asam yang mampu membunuh bakteri jahat.

8. Asam Linoleat (Omega 6) dan asam Linolenat (Omega 3)

Adalah prekursor AA dan DHA dan merupakan bagan dari asam lemak.

Manfaat :

DHA bisa disintesa di dalam tubuh bila ada asam linoleat dan asam linolenat yang langsung masuk ke tubuh kemudian dimetabolisme sehingga menjadi DHA. Fungsi Omega 3 lainnya adalah membuat lentur pembuluh darah, menghindari terjadinya vlak atau sumbatan pada pembuluh darah. Kecenderungan ini terjadi pada penderita penyakit jantung koroner dan pembuluh darah.

9. FOS ( Fructo Oligo Saccharide )

Salah satu bahan yang bisa menjadikan atau membentuk flora usus yang baik. Umumnya berasal dari gula buah-buahan.

Manfaat :

Berfungsi untuk membantu meningkatkan flora usus, menekan perkembangan bakteri patogen dan meningkatkan daya tahan tubuh.

10. Zat besi

Salah satu mineral yang dibutuhkan tubuh.

Manfaat :

Merupakan salah satu mineral yang berfungsi untuk pembentukkan sel darah merah. Selain berperan dalam mylenisasi otak dan peningkatan daya konsentrasi.

11. Probiotik

Probiotik yaitu mikroorganisme atau bakteri seperti lactobasiles untuk mendesak bakteri patogen.

Manfaat :

Membuat kondisi usus lebih sehat, hingga proses pencernaan berjalan baik.

13. Prebiotik

Adalah serat makanan golongan karbohidrat yang dapat menstimulir pertumbuhan bakteri probiotik, terutama bifidobakteria dan laktobasilus yang bermanfaat. ASI juga mengandung berbagai macam karbohidrat dalam bentuk oligosakarida yang tak dapat diserap usus halus tapi baik untuk pertumbuhan koloni bifidobakteria di usus besar bayi.

Manfaat :

Bisa mencegah sembelit.

Dedeh Kurniasih. Ilustrator: Pugoeh

Narasumber: Nurfi Afriansyah, SKM, Msc. , Ahli Gizi dan Peneliti Promosi Gizi Kesmas dan Dr. Mien Karmini Mahmud, MS. , Ahli Gizi dan Peneliti Pangan, keduanya dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan Depkes, Bogor

No comments:

Post a Comment